Pelajar secara aktif mengkonstrukikan belajarnya daru berbagai macam insight yang diterimanya

Pelajar secara aktif mengkonstrukikan belajarnya daru berbagai macam insight yang diterimanya

Belajar selalu merupakan sebuah proses aktif. Ini menyiratkan bahwa belajar harus bersikap aktif agar dapat belajar secara efektif. belajar adalah tentang membantu murid untuk mengkonstruksikan makna mereka sendiri, bukan tentang a€?mendapatkan jawaban yang benara€? karena dengan cara seperti ini murid dilatih untuk mendapatkan jawaban yang benar tanpa benar-benar memahami konsepnya.

Anak-anak belajar paling baik dengan menyelesaikan berbagai konflik kognitif (konflik dengan berbagai ide dan prakonan, refleksi dan metakognisi (Beyer, 1985)

Bagi konstruktivis, belajar adalah pencarian makna. murid secara aktif berusaha mengkonstruksikan makna. Dengan demikian, guru mestinya berusaha mengkonstruksi berbagai kegiatan belajar di seputar ide-ide besar eksplorasi yang memungkinkan murid untuk mengkonstruksi makna

Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat specific semata. Belajar juga dikonstruksikan secara sosial, melalui interaksi dengan teman sebaya, master, orang tua, dan sebagainya. Dengan demikian yang terbaik adalah mengkonstruksikan siatuasi belajar secara sosial, dengan mendorong kerja dan diskusi kelompok

Kedua prinsip di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya

Elemen lain yang berakar pada fakta bahwa murid secara person dan kolektif mengkonstruksikan pengetahuan. Agar efektif master harus memiliki pengetahuan yang baik tentang perkembangan anak dan teori belajar, sehinggga mereka dapat menilai secara akurat belajar seperti apa yang dapat terjadi

Di samping itu, belajar selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak mempelajari fakta-fakta secara abstrak, tetapi sealalu dalam hubungannya dengan apa yang telah kita ketahui.

Belajar secara betul-betul mendalam berarti mengkonstruksikan pengetahuan secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi dan menengok kembali materi yang kita pelajari dan bukan dengan cepat pindah satu topik ke topik lain. Murid hanya dapat mengkonstruksikan makna bila mereka dapat melihat keseluruhannya, bukan hanya bagian-bagiannya

Mengajar adalah tentang memberdayakan pelajar, dan memungkinkan pelajar untuk menemukakan dan melakukan refleksi terhadap pengalaman-pengelaman realistis. Ini akan menghasilkan pembelajaran yang otentik/asli dan pemahaman yang lebih dalam dibandingkan dengan memorisasi permukaan yang sering menjadi ciri pendekatan-pendekatan mengajar lainnya (Von Glaserfelt, 1989). Ini juga membuat kaum konstruktivis percaya bahwa lebih baik menggunakan bahan-bahan hands-on daripada tekxbook .

3. Kegiatan kurikuler lebih banyak dikaitkan dengan realitas dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan kurikuler atau pembelajaran cenderung menggunakan product kooperatif (kerjasama

4. Peserta yang belajar lebih dipandang sebagai objek yang tidak memiliki pengetahuan apa-apa. Asumsi ini akhirnya melahirkan pembelajaran hanya sekedar menyampaikan materi kepada siswa. Aspek pemahaman mudah dinafikkan oleh expert

5. Penilaian atau tes belajar dipandang sebagai bagian dari proses yang tidak terpisahkan dari pembelajaran dan sering kali dilakukan pada akhir pelajaran dengan cara screening

5. Penilaian atau tes hasil belajar dilakukan secara progresif dan melalui penilaian karya siswa. Dalam konteks sekarang biasa disebut test fortofolio

Selain itu, Brooks, JG (1993) mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Dalam kaitannya dengan ini, Funston (1996) lebih spesifik menatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain

Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi proses belajar tersebut.

Oleh karena itu, paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuam awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Untuk itu, expert dituntut untuk memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. master tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemampuannya.

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Penerapan siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *